THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Jumat, 26 September 2008

Kegiatan Liburan

Kegiatan saya di bulan September ini sama seperti hari-hari libur biasa.
Hanya saja karena bertepatan dengan Bulan Ramadhan, jadi aktifitas ibadahnya lebih ditingkatkan. Selain mengerjakan tugas-tugas dari sekolah tentunya.
Kayaknya itu aja dech, nggak lebih.

Rabu, 24 September 2008

Makna Sumpah Pemuda


Tanggal 28 Oktober 1928, kaum muda Indonesia mengikrarkan trilogi kebangsaan, satu nusa, satu bangsa, satu bahasa Indonesia. Trilogi kebangsaan mengandung obsesi kaum muda untuk membentuk sebuah bangsa dan negara yang bebas dari penderitaan, penjajahan. Dimensi ‘kesatuan’ dijunjung tinggi karena tanpa ‘persatuan’ tidak akan mungkin terbentuk kekuatan untuk melawan penjajah dan sebuah negara yang merdeka .
Sudah tujuh puluh sembilan tahun sumpah pemuda diikrarkan. Ia telah menjadi peristiwa historis yang penting dalam negara kita. Karena begitu pentingnya maka setiap tanggal 28 Oktober kita merayakan hari sumpah pemuda. Dalamnya ada banyak kegiatan yang dibuat, baik oleh pemerintah maupun oleh pihak swasta. Secara sepintas dapat dinilai bahwa sebagian besar warga negara menghargai jasa para pemuda yang adalah pahlawan bangsa. Tetapi di lain pihak, kegiatan-kegiatan tersebut menarik perhatian dan sumpah pemuda itu kehilangan maknanya, makna sumpah pemuda telah kabur ditengah kemeriahan suasana peringatan.
Tak dapat ditampik bahwa Sumpah pemuda menjadi motor penggerak semangat perasatuan bangsa. Buktinya adalah tujuh belas tahun kemudian Bung Karno dan Bung Hatta memproklamirkan kemerdekaan negara Indonesia. Indonesia menjadi negara yang merdeka seperti negara Belanda; berdiri di atas kakinya sendiri.
Mimpi kaum muda untuk merdeka dan membentuk sebuah negara yang berdaulat telah menjadi kenyataan. Tetapi yang belum terwujud adalah bebas dari situasi terjajah. Penjajah asing telah diusir tetapi ‘penjajah pribumi’ masih ada dan bahkan semakin hari semakin bertambah. Sebagian besar rakyat masih hidup dalam tekanan, penderitaan, dan kemiskinan. Mimpi kaum muda tujuh puluh sembilan tahun yang lalu belum sepenuhnya tercapai.
Indonesia merupakan negara yang besar dan memiliki sumber daya alam yang berlimpah ruah. Di lihat dari aspek ini, fakta kemiskinan merupakan peluang kecil, tetapi de factonya seperti itu, kemiskinan semakin merata. Indonesia menjadi salah satu negara miskin tetapi juga merupakan negara terkorup. Kita mengembar-gemborkan bahwa kita adalah negara beradab, tetapi de facto ada begitu banyak aksi biadab yang dijalankan secara terstruktur. Sumber daya alam berlimpah ruah dan yang dibuat adalah eksploitasi yang tidak memperhatikan limits to growth, eksploitasi yang tidak selaras alam. Ada banyak hal memalukan yang dipertontonkan dalam panggung politik bangsa kita saat ini.
Pertanyaan yang mungkin muncul, mengapa sebagian besar warga negara yang kaya akan sumber daya ini menjadi miskin? Hemat penulis, jawabannya karena salah urus. Para pemimpin, baik tingkat nasional maupun tingkat lokal bukannya menjadi pemecah masalah malahan menjadi pembuat masalah, pembuat persoalan. Kapan persoalan, krisis multidimensi akan berakhir kalau pemimpin yang adalah pemecah persoalan malah menjadi pembuat persoalan? Kita memiliki banyak potensi, dan seharusnya yang harus dibuat adalah meminimalisasi kerugian dan memaksimalkan keuntungan yang harus dikecap rakyat, tetapi yang terjadi adalah minimalisasi keuntungan (yang dinikmati rakyat) dan maksimalisasi keuntungan (yang dinikmati pemimpin). Dan bahkan lebih buruk lagi, minimalisasi kerugian untuk penguasa dan maksimalisasi kerugian untuk rakyat.Dengan kata lain, sebagian besar kekayaan negara “dimakan” oleh para pengurus negara. Kita tidak akan mungkin keluar dari krisis multidimensi kalau pemerintah kurang serius dalam mengurus negara.
Kita memang hidup dalam sebuah negara yang merdeka saat ini, tetapi situasi yang dialami kaum muda tempo doeloe masih dialami oleh sebagian besar rakyat Indonesia saat ini. Kemiskinan akibat pemiskinan, ketakpastian hukum masih ada. Dua belas tahun yang lalu kita telah memperingati pesta emas kemerdekaan negara Indonesia, tetapi masa ‘keemasan’ belum dinikmati oleh sebagian besar rakyat Indonesia.

Makna Puasa

Puasa adalah kewajiban universal untuk setiap umat manusia dan setiap agama memiliki syariat atau tatacara melakukan puasa. Dan kita sebagai umat islam dan umat Nabi Muhammad SAW meyakini sepenuh hati bahwa puasa adalah kewajiban yang telah disyariatkan untuk setiap muslim/mukmin.

Setiap perintah Tuhan yang telah disyariatkan mengandung konsekwensi logis untuk ditunaikan sebagai sebuah kewajiban dan akan mendapatkan pahala sebagai balasannya bila ditunaikan dengan hati yang tulus dan penghambaan kepada Tuhan yang mahaesa.


Puasa bukan sekedar kewajiban rutinitas tahunan, bersyaum, tahan lapar dan berbuka, dan setelah itu tidak berbekas pada psikologis spiritual kedirian, dan juga tidak berpengaruh pada rasa kesadaran social kemasyarakatan, tapi puasa adalah kewajiban yang mesti menggugah kesadaran kesejatian diri kemanusian, ketiggian bertauhid, ketinggian moral, ketinggian akhlak, ketinggian kepedulian dan kontribusi pada social kemasyarakatan dalam rangka amar ma'ruf dan nahil mungkar.


Keistimewaan bulan Ramadhan sebagai bulan puasa

Kalau setiap hari ada waktu istimewa di sisi Tuhan yaitu di 2/3 malam, setiap minggu ada hari istimewa yaitu hari jum'at dan setiap tahun ada bulan istimewa yaitu bulan Ramadhan. Bulan Ramadhan sebagai bulan penuh berkah, tentu amalan-amalan kita di bulan Ramadhan akan dibalas dengan istimewa disisi Tuhan dengan berlipat ganda. Karena mengandung istimewa, mesti menggugah kesadaran semangat kita untuk berlomba-lomba dalam memperbanyak, baik amalan ibadah ritual maupun amalan ibadah social

Semangat dan kebiasaan dalam bulan suci Ramadhan, membentuk karakter dan mental untuk tetap konsisten dan istiqamah dalam sebelas bulan berikutnya.

Tapi apapun amalan-amalan dibulan suci ramadhaan, semuanya akan kembali pada kualitas kesadaran pengahambaan dan kualitas ketulusan ,kedalaman pemahaman akan makna-makna bathin dari ibadah ritual, sangat menentukan segalanya. Karena itu, yang sampai pada sisi Allah adalah niat kita (makna bathin) bukan materi atau bentuk lahiriah dari sebuah peribadatan kita.

Allah berfirman yang artinya:

"Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik, (QS: Al Hajj: 22:37).